Kisah Inspiratif RawaBening, Kampung Atas Air di Balikpapan

image 5 - Kisah Inspiratif RawaBening, Kampung Atas Air di Balikpapan

Balikpapan Barat, Kalimantan Timur, memetik keunikan dalam Kelurahan Margasari, yang lebih dikenal sebagai Kampung Atas Air. Di kawasan pesisir ini, warga tidak hanya berdiam diri, melainkan juga aktif bercocok tanam di atas air menggunakan metode hidroponik.

Koordinator Program RawaBening, Sarwana, menjelaskan konsep hidroponik yang diterapkan. “Bibit sawi ditempatkan di atas air, dan setelah beberapa minggu, tanaman sudah siap panen. Ini memungkinkan hasil yang cepat dan efisien,” ungkapnya.

Kampung Atas Air, seperti namanya, terbentang di tepi pantai dan menjorok ke laut. Rumah-rumah di sini dibangun di atas tiang-tiang kayu ulin dalam desain rumah panggung, mengatasi keterbatasan lahan yang padat karena ribuan orang tinggal di wilayah ini.

Abdal Nanang, Ketua RT 30, menceritakan bahwa kebutuhan akan lahan yang terbatas mendorong masyarakat untuk mengadopsi hidroponik. Selain itu, kolaborasi dengan Pemkot membantu menyusun ulang lingkungan, dengan melebarkan gang-gang dan menciptakan ruang terbuka hijau dengan tanaman bakau.

Ternyata, minat bercocok tanam di Kampung Atas Air bukanlah tren baru. Sejak 2018 dan 2019, urban farming atau pertanian kota merajalela di Balikpapan. Salah satu faktor pendorongnya adalah inisiatif dari Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo yang mengajak prajurit terlibat dalam wacana food estate.

Bledug, seorang prajurit Kodam VI Mulawarman, menceritakan bahwa kebiasaan menanam sayuran sendiri menjadi tren di kalangan mereka. “Enak juga makan sayuran tanaman sendiri. Banyak hemat,” ujarnya.

Kampung Atas Air, didukung oleh PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) Unit Balikpapan sebagai tetangga setia, memilih hidroponik karena membutuhkan lahan yang minim. Bahkan, warga yang memiliki beberapa properti rela menyediakan lahan bekas rumahnya untuk kegiatan bersama warga, seperti pembuatan nursery atau rumah persemaian.

Pilihan media tanam menggunakan air hujan menjadi solusi praktis. Selain gratis, air hujan melimpah pada musim hujan, dan warga sudah terbiasa menampungnya untuk berbagai keperluan. Kreativitas masyarakat Kampung Atas Air turut muncul dalam mengolah hasil panen, dari stik sayur hingga rempeyek bayam.

Keberhasilan Program RawaBening tak luput dari perhatian dunia. Pada Juli 2023, program ini meraih penghargaan Community Service and Social Responsibility dalam Communitas Awards, sebuah penghargaan internasional yang menghargai kontribusi terhadap lingkungan dan tanggung jawab sosial.

Ely Chandra Perangin Angin, penerima penghargaan, memaparkan bahwa melalui RawaBening, warga Kampung Atas Air berhasil mengoptimalkan ruang sempit untuk penghijauan dan pertanian hidroponik. Masyarakat tidak hanya berhasil menghasilkan sayuran berkualitas tinggi, tetapi juga mengembangkan produk-produk olahan dari sayuran.

Meski menghadapi tantangan saat musim kemarau dan krisis air, masyarakat tetap bersemangat. Sarwana menyebut bahwa mereka selalu percaya bahwa di tengah keterbatasan ada peluang untuk berinovasi dan mencari solusi. “Masyarakat yang tidak pernah putus asa akan memacu kreativitasnya dalam mencari solusi,” kata Sarwana. Program RawaBening menjadi bukti nyata keberhasilan ketika masyarakat berkolaborasi untuk menciptakan solusi berkelanjutan.